Reading a Poem

Reading a Poem
Alone

Sunday, July 15, 2012

Study group for me (Kelompok belajar bagiku)


I’m still here.
Connect to my writing last year.
Right at this day, I wrote a year ago.
At that time, there were only my sorrows as the eldest daughter.
They were the difficulty of school and the weighty step.

Today, no more story.

All reciprocated.
I'm free as the eldest daughter never glum.
It’s because of intent, it’s because of effort.
Though bound, God knows the infinite human intentions.

I started school at IOLU, just by intention.
I've faced Independent learning difficulties
and boredom of understanding the material.

 Not easy, but I can!
That is the role of group learning.

It hailed as the friend of trouble and it was born as a friend of saturation.
I've succeed with it.

This is my second year to receive scholarships.
This is the answer of my poetry, which was born with it.
Limitation is its wheel, the willingness is its gas pedal and the spirit is its fuel.

Not hard if we try.
Understanding the difficulties, make sense of life.
 
Do not despair.
There are study groups, to share.



(Masih di sini.
Menyambung tulisanku tahun lalu.
Tepat di hari ini, setahun yg lalu aku menulis.
Kala itu, hanya keluh kesahku sebagai anak sulung.
Sulitnya sekolah, beratnya melangkah.

Hari ini, tak ada lagi cerita itu.

Semua berbalas.
Aku bebas! sebagai anak sulung pantang murung.
Semua karena niat, semua karena usaha.
Meski berbatas, Allah tahu niat manusia tak terbatas.

Kumulai langkahku sekolah di UT, hanya dengan niat.
Kesulitan belajar sendiri.
Kejenuhan memahami materi.
Aku pernah hadapi semua itu.

Tak mudah, tapi bisa!
Itulah makna peran kelompok belajar.

Hadir sebagai kawan kesulitan.
Lahir sebagai sahabat kejenuhan.
Aku pun berhasil bersamanya.

Ini tahun keduaku menerima beasiswa.
Ini jawaban dari puisiku yg lahir bersamanya.
Bahwa keterbatasan adalah rodanya, kemauan pedal gasnya dan semangat bahan bakarnya.
 
Tak sulit jika berusaha.
Memahami kesulitan, memaknai kehidupan.

Janganlah berputus asa.
Kelompok belajar ada, tuk berbagi rasa.)

berhubungan dengan...
http://anaksulunghandwriting.blogspot.com/2012/07/introduction-to-my-university-salam.html

Monday, July 09, 2012

Membangunkan "Raksasa"

Memang tak mudah..
terlebih saat ini kau berada di dalam lembah curam nan gelap.
pancaran mentaripun tampaknya hanya menyilaukan pandanganmu, hingga menjadikannya tak mampu menemukan jalan keluar.

kau diam,
meratapi,
menyesali,
tertegun dalam suatu situasi yang sama sekali tak mengilhami,
kau hanya berusaha lari, tapi kau terjatuh lagi,

berdirilah,
melangkahlah perlahan dengan dada tegap,
yakinlah, gelap ini bukan hambatan, kesilauan itu bukan ancaman

karena sesungguhnya kau tahu,
bahwa jauh di dalam dirimu ada raksasa besar yang masih tertidur.

bangunkan,!!
jangan pernah izinkan mata hatimu terpejam,
karena hanya tinggal satu langkah lagi kau akan temukan jalan itu.

jalan yang berbatu namun kau lebih kokoh dari batu,
jalan yang berduri namun kau lebih tajam dari duri,
jalan yang berlubang namun keyakinanmu lebih dalam dari sebuah lubang.

bangkitlah!
"bersandar pada ketetapan Tuhan, lalu ikhlaslah"

BINGKISAN KECIL UNTUK WANITA PENDAKWAH

Saat bicara soal dakwah, pusat pikiran mungkin langsung tertuju pada Kyai, Ustadz, Da’i, Khotib, atau Majelis Ta’lim. Karena, berdasarkan fakta yang sering ditemui di lapangan, orang yang sering terlihat sedang berdakwah adalah orang yang sudah dewasa dan beranjak tua (ciri-ciri ini biasanya berupa janggut panjang yang terlihat di dagu para Kyai, Ustadz, Da’i, atau Khotib yang sedang berdakwah itu).

Dari kata-kata yang ia lontarkan, ia tampak seperti orang yang memiliki banyak ilmu pengetahuan dan pengalaman. Biasanya, pendakwah adalah mantan santri yang sudah bertahun-tahun belajar di pesantren atau lulusan universitas-universitas islam, atau dari jurusan Pendidikan Agama Islam, Tarbiyah, atau jurusan lain yang berkaitan dengan ilmu Islam, di universitas negeri ataupun swasta baik di dalam maupun di luar negeri. Karena, kalau sembarangan orang berdakwah, belum tentu ada yang mau mendengarkan, masih bagus kalau ia tidak dilempari batu dan dibilang sok alim (sadisnya, na’udzubillah). Hal ini tak menutup kemungkinan keberadaannya, hanya saja tidak banyak.

Selain itu, kegiatan berdakwah biasanya juga hanya dilakukan di pengajian, atau di acara-acara peringatan hari besar agama Islam. Ada juga, dakwah yang dilakukan saat berlangsungnya resepsi pernikahan, dakwah yang ini, biasanya berisi materi wejangan untuk calon pengantin, yang diberikan oleh para Tetua (orang yang lebih tua).

Sejak zaman Rasulullah, kegiatan berdakwah lebih sering dilakukan oleh muslimin atau pria dan telah dicontohkan sendiri oleh Beliau. Pada masa itu, wanita lebih dianjurkan untuk berdiam diri di rumah. Alasannya terangkum dalam beberapa hadist berikut ini,
[1] “Sesungguhnya dunia ini manis dan hijau (menyegarkan). Dan sesungguhnya Allah menempatkan kamu diatas bumi, yang Allah melihat apa yang kamu kerjakan. Maka peliharalah dunia ini dan wanita, sesungguhnya pertama kali fitnah (bencana) yang jatuh dari golongan Bani Israil (Yahudi) adalah dalam hal wanita,”                                                                                                                                (HR. Muslim)

Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, dunia seolah semakin membutuhkan sosok wanita dalam berbagai kegiatan. Hal ini membuka peluang bagi wanita untuk berani mengekspresikan dirinya. Hal ini juga terjadi, sejak berhasilnya Raden Ajeng Kartini menyuarakan isi hatinya, lewat surat-surat yang ia kirimkan kepada sahabatnya yang berkebangsaan Belanda, Rosa Abendanon. Kemudian, beberapa surat kabar pada masa itu, telah memuat dan menyebarkan tulisan-tulisan karya Raden Ajeng Kartini, sehingga beliau mampu menyentuh hati orang tuanya untuk bisa mengijinkan ia bersekolah lagi. Sejak saat itu, muslimah atau wanita yang dahulu lemah dan harus selalu tunduk pada aturan yang membatasi kebebasannya, kini telah punya hak bersuara dan hak bertindak yang hampir sama dengan pria.


           Muslimah sudah mulai bisa leluasa berdakwah. Mulai lebih giat belajar dan lebih kuat menarik urat keberanian, untuk mendakwahkan ilmu yang ia miliki. Hal inilah, yang telah melahirkan Ustadzah dan Da’iah yang tak kalah berbobot dengan pria, dalam menyampaikan dakwahnya (bukan berarti wanita boleh besar kepala dan melupakan tanggung jawab serta pengabdiannya kepada pria lho).

          Kegiatan dakwah, sudah semestinya dilakukan, untuk saling mengingatkan dan mengarahkan pada kebaikan. Karena, kebiasaan manusia menganggap dirinya adalah ‘tempatnya salah’, justru menjadikan ia semakin sering melakukan kesalahan. Nah, pada saat seperti inilah, dibutuhkan muslimin atau muslimah yang peka untuk terus mengayuh dayung dakwahnya ( Ingat! Dakwah berbeda dengan menggurui yah).


KENAPA HARUS MUSLIMAH?

          Muslimin dan muslimah, atau pria dan wanita, hanya dibedakan dari jenis kelamin dan jilbabnya saja. Memang, fitrah seorang wanita adalah satu level di bawah pria. Tapi, bagaimana kalau prianya ‘rusak’?           Hal itulah yang terjadi pada Amin. Amin adalah anak ketiga dari empat bersaudara. Di usianya yang baru genap 18 tahun, Amin sudah pernah mencoba minuman keras dan saat ini dia adalah smoker sejati . Saat ini, Amin masih duduk di kelas 3 SMA jurusan Bahasa. Amin terkenal cerdas saat SMP, tapi sejak masuk SMA dan bergabung dengan teman-temannya, yang membentuk genk motor, Amin semakin terbawa arus pergaulan, yang membuat orangtuanya selalu marah setiap kali Amin pulang ke rumah jam 3 pagi. “Kemana saja kamu? Kenapa jam segini baru pulang? Memangnya kamu tidak punya jam?,” itulah pertanyaan yang diajukan orangtua Amin, 2 tahun yang lalu. Kini, omelan atau sanksi yang diberikan orangtuanya, sudah tidak berlaku lagi, karena setiap harinya Amin semakin ‘liar’ dan tak tahu aturan.
           Amin mungkin tidak tahu, kalau setiap hari orangtuanya, terutama sang ibu, selalu menangis karena ulah anaknya itu. Tapi, orangtua Amin tak mau lagi melarang Amin, lantaran Amin pernah kabur dari rumah. Hal ini juga berdampak pada adik Amin, yang menjadi trauma karena sering melihat kakaknya dimarahi, bahkan tak jarang dipukuli oleh ayahnya.

            Itulah, sedikit cerita tentang bobroknya keimanan dan kewaspadaan manusia. Bahkan, orangtuapun tak punya banyak cara untuk menanggulangi hal itu.
            Mengingat kejadian di atas, sudah sepatutnya metode dakwah yang islami diterapkan. Karena, sebuah omelan tidak akan bermakna, saat seseorang tidak lagi mengenal tuhan.


So, kalau bukan kita siapa lagi?. Jangan sampai menunggu kehancuran datang. Segera mulailah. Walaupun  banyak orang yang bilang, “merubah kebiasaan itu susah, nggak kayak membalikan telapak tangan,”. Meanwhile, yang susah itu hanya untuk memulai kebiasaan baru. Saat kamu sudah terjun kedalam kebiasaan baru,
actually, it will be as difficult for you to quit, as before.

BAGAIMANA MEMULAI DAKWAH?

          Pertama, cintailah Al-Qur’an dan Hadist. Karena, berdakwah adalah kegiatan menyampaikan kalam-kalam Allah dan Rasul. Jadi, tidak dibenarkan untuk mendakwahkan sesuatu yang masih syubhat (belum diketahui benar atau tidaknya). Seperti yang tercantum dalam hadist berikut ini,

          [2] “Barang siapa yang menceritakan tentang aku dengtan hadist (berita) yang ia mengetahui bahwa berita itu palsu (bohong), maka ia termasuk diantara orang yang berdusta (berbohong),” (HR. Muslim)

          Kedua, harus rajin bersosialisasi. Karena, semakin banyak teman yang dimiliki, biasanya seseorang akan lebih banyak tahu karakter orang yang berbeda-beda, hal ini akan menjadikan ia lebih peka, dengan setiap permasalahan yang datang, sekaligus memudahkan ia dalam hal apapun ( saat ada masalah, biasanya teman adalah orang pertama yang kita butuhkan. Mau membuat karya ilmiah, biar lebih real nggak ada salahnya minta bantuan teman. Atau mau ada hajat (acara), the more the happier, lebih rame lebih asyik kan.

APA METODE DAKWAH?

          It will be so simple, saat kamu sudah masuk ke dalam lingkungan pertemanan yang mendunia. Terlebih, saat ini komunikasi dapat dijangkau lewat berbagai media ( yang belum punya HP atau Facebook, ayo acungkan jari, hehe ). Jadi, mulailah dengan hal-hal kecil. Misalnya, kirim SMS ke teman dan tanyakan keadaannya. Teman yang sudah percaya padamu, biasanya tak akan segan untuk cerita, bahkan mengeluhkan permasalahannya padamu. So. It is your time, segeralah tenangkan hatinya dengan kalimat-kalimat cinta dari ALLAH SWT.

          Lebih mudah lagi, kalau dakwah lewat Facebook. Kamu Cuma perlu update status, semua temanmu dijamin pasti membacanya. Walaupun cuma sekilas, jika disertai niat tulus karena Allah, insya Allah dakwah kamu itu akan sampai ke hati mereka.

           Nah, sudahkah kamu berniat untuk mengajak sahabat-sahabatmu, untuk lebih merasakan besarnya cinta Allah, dengan membagikannya lewat berdakwah?. Terlebih, untukmu ladies, jika pria tak dapat lagi diandalkan untuk menjagamu dari adzab dunia dan siksa neraka, maka jagalah dirimu sendiri. Karena, jika kita menyerahkan urusan pada yang bukan ahlinya, maka, tunggulah datangnya kehancuran. Nggak mau kan? Jadi, marilah berkaca dan dekatkan diri kita padaNya. Karenanya, dunia ini masih membutuhkan orang yang peka terhadap sekitarnya. Mari bersama-sama berdakwah and C U in the heaven, Amin.

Tulisan ini pernah saya kirimkan dalam sebuah lomba, tapi ternyata belum menang.
klo teman2 lihat ada yang harus dikoreksi, tolong sampaikan yah.
thanks

Introduction to My University (Salam perkenalan pada kampusku)

I’ve ever been standing here
Once-over I remind all of my dream
But I can't do anything, I’m alone

I wanna successfully hug the linguistics
Still, mom and dad need water, they need rice

My step was so quiet, my brain stopped
Went out early in the morning,
Came home late in the afternoon, I got the money

My heart was yelling,
“Is there any for school?”

It’s me,, the first child who’d never sad
I’m the accomplice of my parents and I’m my brother’s head
If I’ve let my heart died
It might has frozen and has bad smell

But, god said… DON’T!

So that, I’m standing here for my university
Indonesian Open Learning University let me get the linguistics
Standing over my limitation
I’m studying,
For my dream,
r my die..


(Aku pernah berdiri disini
Sesekali menengok cita dan mimpi
Namun apa daya, aku sendiri

Aku ingin sukses merangkul ilmu
Namun, ibu bapak perlu air, perlu nasi

Langkahku sepi, otakku buntu
Pergi pagi pulang petang, aku dapatkan uang

Jerit hati bertanya,
“Adakah sisa untuk sekolah?”

Inilah aku, Anak Sulung Pantang Murung
Kaki tangan ibu bapak, kepala adik tercinta
Jika dulu ku biarkan hatiku mati
Barangkali terbujur kaku berbau busuk

Tapi, tuhan bilang… JANGAN!

Sehingga kini, aku berdiri untuk kampusku
Universitas Terbuka izinkan ku merangkul ilmu
Berdiri di atas keterbatasanku
Aku tetap belajar,
Untuk mimpiku,
Untuk matiku..)



                                                                        Karya,


                                           Anastasia Elsa.15/7/11

Tuesday, July 03, 2012

Cinta is Following Otak

Sore hari, ilalang dan rerumputan bergoyang seirama dengan alunan angin yang mengayun, di sebuah bukit yang jauh dari hingar bingar metropolitan. Fara alam semesta masih memanjakan mata dengan birunya yang mempesona.
Di depan sebuah mobil matic berwarna putih yang diparkirkan di sisi bukit, seorang wanita berhijab cokelat duduk. Ia tampak manis walau bermata empat. Setengah meter di hadapannya, di atas rerumputan, terduduk memeluk lutut seorang sahabatnya. Wanita berkulit putih yang tampak anggun dengan hijab merah muda bermotif garis.
Keduanya membuang pandang. Mereka seolah terpesona menengok aduhainya lenggok ilalang.
Meskipun mata tak sepandang, tapi mulut mereka saling membicarakan rasa yang membakar asa.
"Sahabat, ini memang tak adil. Wanita lebih banyak dari pria." buka wanita berkerudung merah muda, masih dengan pandangan kosong.
"Aku mengaguminya." balas sahabatnya.
Gadis berkerudung merah muda itu tersenyum kecil, sambil melemparkan pandangan ke arah burung pipit yang beramai-ramai terbang. Kali ini, dia menarik kedua telapak tangannya ke belakang badan dan menapakkannya ke tanah.
“Aku mengaguminya. Sudah lama aku mengaguminya. Aku mengaguminya, walaupun tak bisa memilikinya." tambah sahabatnya dengan intonasi bicara naik.
Wanita berhijab merah muda ini menengadahkan kepalanya ke langit dan menarik nafas lebih dalam.
"Kau sangat beruntung mendapatkannya." sambung sahabatnya, membuatnya semakin serba salah.
"Sudahlah!" tegasnya pada sahabatnya.
Wanita itu berdiri dan membalikkan badan. Ia melihat sahabatnya masih memandang jauh ke seberang bukit. Dia kesal. Tentu. Saat ini, di hadapannya ada seorang wanita manis yang ternyata mengagumi kekasihnya. “Kau sahabatku dan dia kekasihku, mengapa?”. Seperti itulah pertanyaan yang muncul di benaknya. Ia menunduk. Menarik nafas. Kali ini lebih dalam lagi untuk dilemparkan ke udara sampai terdengar desah “Hah”.
"Dulu,,,,,” dengan intonasi bergetar. Ia melangkah ke arah sahabatnya.
“Dulu, aku pun mengagumi seorang pria." ia bersandar pada mobil dan berada tepat di sisi sahabatnya itu. Tetap dengan pandangan kosong.
"Ya. Ketahuilah, aku sudah lebih dulu mengagumi pria. Bahkan, aku sudah pernah jatuh cinta.”
Sahabatnya tampak mendengarkan dengan tenang. Ia menengok ke arah sahabatnya yang baru ia kenal beberapa bulan saja. Ia menatapnya beberapa detik, sebelum akhirnya melanjutkan bicara.
"Saat SMA, aku pernah begitu mengagumi seniorku. Sejak pertama bertemu dengannya aku langsung mengaguminya. Hari ke hari, terus dan terus bertambah rasa kagum itu. Setiap detik ia seperti ada di hadapanku. Ia adalah pria terhebat yang kutemukan saat itu. Dia ganteng, manis, ramah, pintar dan bersahaja. Sempurna. Aku sempurna mengaguminya.” jelasnya sambil tersenyum malu.
Ia menatap wajah sahabatnya, memastikan bahwa sahabatnya masih punya oksigen untuk bernafas, pasca mendengar ceritanya. Sahabatnya itu masih menunjukan ekspresi seperti mayat hidup.
 “Saat itu, aku merasa hanya seorang diri di dunia ini. Ya. Dunia serasa adalah milikku. Seolah-olah, hanya aku yang mengaguminya. Aku bisa menemukannya kapanpun dan dimanapun. Aku selalu mencarinya. Aku selalu harus menemukannya. Karena aku mengaguminya. Aku bahagia saat melihatnya.” wanita itu tersenyum pada sahabatnya.
“Indah yah, perasaan seperti itu?” ia menatap sahabatnya dengan senyum damai. Tapi, sahabatnya masih acuh.
“Sangat indah. Membuatku ingin merasakannya lagi dan lagi. Bahkan, saat dia di hadapanku, rasanya tak cukup waktu satu jam untuk memandanginya. Memandanginya saja aku sudah bahagia. Ehm, gila. Teman-temanku sesekali mengatakan itu. Tapi, mereka selalu memberitahuku bila ia lewat depan kelas. Karena, mereka tahu kalau ia sudah seperti susu bagi seorang bayi yang haus. Ya. Akulah bayinya. Hehe.” ia tertawa sampai bahunya bergetar.
“Tapi, mau tahu gak apa yang terjadi setelah aku begitu mengaguminya?” kali ini, ia berharap sahabatnya memberi tanggapan.
“Huuuuhft. Aku kecewa." dengan menunjukan tampang cemberut.
"Ternyata, senyumnya itu bukan hanya untukku. Ketampanannya pun bukan milikku. Ternyata, pria yang selama ini kukagumi sudah punya kekasih. Seorang wanita yang biasa saja. Tapi, pasti memiliki keluarbiasaan hingga mampu mendapatkan hati pria yang begitu kukagumi. Aku penasaran padanya. Aku mencari tahu tentangnya. Terus dan terus. Aku memastikan bahwa apa yang ada padanya, aku juga punya. Bahkan, kurasa aku punya lebih banyak keahlian dari pada dia.” sedikit merasa jenuh dengan wajah temannya yang bereaksi datar, wanita itu melingkarkan tangannya di dada sambil lagi-lagi menarik dan melemparkan nafas.
“Semua tindakan itu pada akhirnya hanya bikin dadaku sesak. Tempramenku naik. Bawaannya bĂȘte. Jadi malas mandi, malas belajar, malas bicara. Semua orang di dekatku jadi nge-betein. Aku tersiksa. Aku tersiksa oleh ketidakpuasanku dengan keadaan itu. Semakin hari, kekagumanku pada seniorku semakin mencekik hatiku. Aku semakin mudah merindukannya. Aku semakin mudah menemukan wajahnya. Ilusi. Hmm. Ya. Otakku ini sudah seperti DVD yang terus saja memutarkan scene film yang berisi wajahnya. Aku tersiksa. Perasaan itu sangat memalukan. Ya. Mencintai kekasih orang itu memalukan. Menyakitkan. Memuakkan. Rasanya ingin membenamkan diri saja. Ini terlalu tidak adil bagiku. Tidakkah Tuhan tahu bahwa aku mengaguminya. Teman-temanku bilang, aku sedang jatuh cinta. Cinta. Aku tidak tahu apa itu. Yang jelas, aku sedang merasakannya. Merasakan bahagia saat melihatnya, damai saat bersamanya, tenang saat mendengar suaranya, tapi justru malu untuk menatapnya. Aku juga merasakan dadaku sesak saat ia tak ada. Sepertinya, tak ada udara di sekitarku. Aku ingin kembali merasakan kebahagiaan itu, kedamaian itu, ketenangan itu. Dan hanya saat bersamanya aku dapat merasakannya. Tapi, semua berubah saat kutahu dia sudah ada yang punya. Aku sekarat. Tak ada udara lagi.” dia berdiri tegap dan seperti ingin menangis pada sahabatnya.
“Itu memang tidak adil. Harusnya aku yang bersamanya. Aku mencintainya. Itu terlalu menyakitkan.” ia sedikit memadam setelah mengungkapkan itu.
“Aku tetap berusaha menghubunginya. Untuk sekedar tahu kabarnya. Harapan memang tak pernah mati. Seandainya ia putus dengan wanita itu, aku pasti akan bersandar di sisinya. Tapi, memang malang nasibku. Harapanku memang harus dimatikan. Wanita luar biasa itulah yang mematikan harapanku. Aku dihina. Dicaci maki. Dibilang gak laku karena masih saja mengagumi kekasihnya. Entahlah. Apa itu benar? Sebenarnya ada yang mendekatiku. Tapi, hatiku sudah memilihnya. Gak mudah untuk melupakannya. Aku menginginkannya. Hanya dia saja. Tak perlu yang lainnya” wanita itu kaget saat menyadari sahabatnya sedang menatapnya yang asyik bercerita. Dengan kikuk, ia melanjutkan ceritanya.
“Egois. Gak punya perasaan. Apa kau mau bilang begitu padaku? Berat! Pria itu sudah terpatri di sel-sel otakku. Untuk menginstal ulang sebuah komputer saja butuh waktu, apalagi menginstal otakku. Aku patah hati. Jelas. Sangat. Tapi,,,,” ia menghadapkan tubuhnya ke arah sahabatnya dan bicara sambil berpandangan.
“Mau tahu gak, apa yang bikin aku berhasil melepasnya?” ia memandang sahabatnya dengan penuh harapan wanita itu menganggukan kepala. Syukurlah, sesuai harapannya.
“Mamaku bilang. Wanita baik hanyalah untuk pria baik. Seniorku itu bisa jadi baik. Tapi, belum tentu ia sebaik diriku. Atau mungkin, justru sebaliknya. Akulah yang harus terus memperbaiki diri agar sepadan dengannya. Selain itu, masa iya sih aku gak laku seperti yang dikatakan kekasihnya. Kata Mama, aku gak jelek kok. Walaupun gak beautiful. Ya. Biasa-biasa saja. Lumayan lah. Hehe.” mereka berdua tertawa kecil. Akhirnya.
“Tapi, pasti ada yang mencintaiku seperti aku mencintai seniorku itu. Dan aku layak untuk dicintai seperti itu.” ia menatap sahabatnya itu dan menggenggam tangannya.
“Sahabatku, tidakkah kau merasa bahwa inilah waktunya. Waktu dimana aku dicintai. Waktu dimana aku mencintai. Waktu dimana aku merasakan kebahagiaan, kedamaian dan ketenangan yang dulu pernah hilang. Inilah janji Tuhan. Bahwa aku adalah untuk laki-laki yang tepat untukku. Kau cantik sahabatku. Kau pun pintar. Jauh lebih pintar dariku. Kau hebat. Ada seorang pria di luar sana yang butuh kau hebatkan. Kau untuknya. Dia untukmu. Jangan matikan harapanmu dengan terus mengharapkan pria yang kucintai. Aku memahami hatimu. Karenanya, aku tidak memakimu sebagaimana aku pernah dimaki.” wanita itu mulai terbawa emosi dan menangis.
“Demi airmata yang kau lihat di pipiku ini, aku bersumpah bahwa aku mencintai pria yang kau kagumi dan kau harapkan itu. Dia pun memilihku. Tak bisakah ikhlaskan dia untukku? Allah pun pasti takan ikhlas bila kau terus terluka. Terluka karena mengharapkan kehancuran hubungan kami. Aku yakin kau tidak begitu. Aku ingin kau bahagia, seperti bahagianya aku.  Kau pantas untuk itu. Tentu dengan pria yang tepat untukmu. Percayalah, kau akan segera berjumpa dengannya. Mengertilah, jangan yang ini. Aku mencintainya.”
Sahabatnya memeluk wanita itu sambil menangis. Keduanya menangis karena besarnya rasa cinta pada pria yang sama. Tapi, batin keduanya sebagai sesama wanita tentu saja jauh lebih kental. Apalagi, mereka sama-sama sangat yakin pada keMahaan Allah SWT. Mereka bersahabat. Mereka sama sekali tak ingin ada yang tersakiti. Meskipun menyadari ikhlas itu tidak mudah, tapi sahabat selalu di atas segalanya.
Setelah kejadian hari itu, gadis berhijab merah muda dan kekasihnya merasakan kelapangan dalam hati mereka. Mereka saling mencintai tanpa khawatir melukai oranglain. Mereka pun terus merajut mimpi perSATUan ikatan suci mereka.
Sebagai sahabat, tak hentinya mereka mensupport sahabat mereka agar lekas menemukan jodohnya.
(Ini adalah cerita fiksi yang terinspirasi dari pengalaman pribadi penulis :)


Referensi untukmu yang mengalami kasus di atas. Berikut ini kukutip dari psikopopnya Witha Aditia dengan judul bukunya “LOVE CHEMISTRY”.
Sejak dulu kebanyakan orang selalu beranggapan bahwa hati merupakan pusat dari cinta. Namun baru-baru ini (aku sudah membaca buku ini sejak tahun 2006) beberapa ilmuwan berpendapat bahwa cinta ada di pikiran atau otak manusia, dijalankan oleh zat-zat kimia dan proses kimiawi yang terjadi dalam dirinya. Nah, proses kimiawi yang terjadi saat kita sedang jatuh cinta inilah yang disebut chemistry. Tidak semua orang sadar bahwa pada pasangan terdapat chemistry yang menyebabkan telapak tangan mereka menjadi berkeringat, perut menjadi hangat, jantung berdebar dan grogi. Chemistry juga berperan pada kehangatan dan kenyamanan perasaan saat sedang bersama seseorang yang kamu kagumi.
Bagaimana chemistry bekerja? Menurut Anne Marie Helmenstine, Ph. D. komunikasi nonverbal memegang peranan penting saat seseorang tertarik dengan oranglain. Misalnya saja, saat kamu sedang berjalan ke toko buku, tiba-tiba saja mata kamu tertumbuk pada satu sosok cowok/cewek keren yang berlalu di depanmu. Tanpa kamu sadari, wajahnya sudah menghiasi mimpi-mimpi indahmu. Setiap kali kamu teringat padanya, hatimu menjadi berbunga-bunga. Padahal, baru sekali itu saja kamu bertemu dengannya. Nah, di sinilah peran chemistry.
(Aku sudah mengalaminya. Kejadian itu terjadi hanya sekali. Tapi mampu membuatku menunggunya selama setahun. Padahal, selama setahun itu ya hanya sekali itu bertemu dengannya. FHM :).

Apa yang membuatmu jatuh cinta pada si A, bukan si B? Menurut ahli psikologi dan psikoterapi, ketertarikan seseorang kepada oranglain biasanya merupakan perwujudan alam bawah sadar mereka terhadap kenangan-kenangan masa lalu. Para ahli itu percaya bahwa setiap orang akan beranjak dewasa dengan meninggalkan beberapa permasalahan yang tak terselesaikan. Sedangkan menurut pakar genetika, sedikitnya ada dua faktor biologis. Pertama adalah bau. Indera penciuman kita secara gak sadar akan mendorong kita untuk menyukai seseorang yang secara genetika serasi dengan kita namun memiliki tali persaudaraan yang jauh dengan kita. Kedua adalah gen. Gen telah memprogram otak kita untuk memilih seseorang yang memiliki kesamaan dengan diri kita.

Untuk lebih jelas, silahkan baca bukunya.. :D
#Semoga bermanfaat dan menginspirasi. kritik dan saran selalu kunanti :)
http://www.facebook.com/notes/elsa-khalafathunissa/cinta-is-following-otak/10151054093741352

Anak Sulung Pantang Murung

Anak Sulung,
kau wanita kecil yg berarti besar bagi keluargamu.
Lihatlah, betapa ayah harapkan kau mengokohkan pondasi keluargamu.
Tengoklah, betapa adik inginkan kau segerakan ia meraih maunya.
Anak Sulung,
tak sia-sia Tuhan pilihkan engkau sebagai bagian keluarga ini.
Sebab kau kuat, Tuhan jamin kekuatanmu.
Anak Sulung,
lelah tak terelakan, airmata tak tertahankan.
Saat lagi-lagi harus kau yg mengurusi dan menyelesaikan permasalahan keluargamu.
Sekolah adik, hutang orangtua, harapan-harapan mereka, memang telah menahan dan buatmu mengabaikan harapmu sendiri.
Tapi tenanglah Anak Sulung,
Tuhan pasti kan ganti itu dengan kuasa dan cintanya.
Tuhan Maha Kaya, Tuhan Maha Pemberi.
Tunai di dunia atau tunai di akhirat kelak.
Hingga kini Tuhan memang belum mengirimkan pria yg mampu menegakkan pundakmu, tapi itu karena Tuhan sendiri yg menjamin kekuatanmu.
Ikhlaslah Anak Sulung.
Meski kadang merasa tak sanggup lagi hadapi sendiri, tapi kau sanggup!
Tuhan memilihmu karena ia ingin menguatkanmu.
Kau bisa, Anastasia Elsa Budiyanti.
Kaulah Anak Sulung Pantang Murung.
Kau Hebat, kau Cerdas, kau Kaya, kau Kuat, kau Tangguh dan kau Mampu untuk melahap masalah-masalah ini.
Yakinlah, Tuhan sendiri yg menantangmu hadapi ini.
Percayalah, Tuhan sedang mendewasakanmu.
Taklukanlah!!

(Saat keputus asaan sudah sampai ubun-ubun. Tak harus menyerah. Motivasilah diri sendiri. Kekuatan ada di pikiran kita. Insya Allah.)
http://www.facebook.com/notes/elsa-khalafathunissa/-anak-sulung-pantang-murung-/10151029344236352