Pagi ini aku akan menulis tentang wanita.
Disaat mentari tak bersinar atau karena enggan bersinar, aku tak peduli. Yang pasti aku hanya ingin menulis..
Masih tentang wanita dan memang wanita selalu menjadi sasaran amukanku atas segala tindak tanduknya yang tak wajar.. Kenapa wanita songong, kenapa wanita angkuh, kenapa wanita durhaka. Tulisan kali ini lebih identik menggambarkan tentang kesalahan seorang istri yang tak mau belajar.
Baiklah.. Kubuka tulisan ini dengan sebuah hadist Bukhari dan Muslim yang mengatakan bahwa "cobaan bagi seorang wanita adalah saat suaminya jatuh miskin. Cobaan bagi seorang pria adalah saat ia memiliki harta yang berlimpah,".
Sudah lebih dari satu minggu, Budiawan (40), seorang ayah dari 2 orang anak dan suami dari satu orang istri, jatuh sakit. Badannya panas, mukanya merah dan tubuhnya lemas. Sebagai seorang awam, istri ataupun anak-anaknya tidak mengerti sakit apa yang sebenarnya diderita oleh Budi. Keadaan ekonomi yang saat itu sedang terpurukpun menjadi alasan Budi tidak langsung dibawa ke dokter.
3 hari pertama ia hanya diberi obat warung oleh istrinya. Yanah, istri Budi tentu saja berharap Budi akan segera sembuh. Hingga hari ke 4, Budi tak juga bangun dari tempat tidurnya. Yanahpun berusaha mencari pinjaman uang untuk dapat membawa Budi ke dokter. Sepulang dari dokter, Yanti putri sulung mereka bertanya, "bapak sakit apa?,". Ibunya menjawab sambil menyiapkan makan malam berupa sate kambing, yang konon katanya mujarab untuk mengobati penyakit kurang darah (tidak harus sate, tapi daging kambingnya yang dapat meningkatkan volume peredaran darah). "Bapakmu kena anemia," ujarnya. Menyikapi hal itu, Yanti cukup lega, pasalnya sang bapak sudah mendapat penanganan dari dokter.
Hari ini adalah hari ke 8 Budi sakit. Tak tampak perubahan berarti yang ditunjukan olehnya. Ia masih saja terbaring, hingga datang seorang tukang urut yang mengurut badan Budi. Setelah 15 menit diurut, Budi langsung pergi ke belakang rumah untuk memuntahkan isi perutnya. Tampaknya, ia juga terserang masuk angin yang lumayan parah.
Menyikapi hal ini, Yanah, si istri mulai sering menggerutu. Karena selama ini, Budi sering mendapat teguran dari pihak kantor, karena sering tidak masuk kerja. Profesi Budi yang juga adalah seorang rukun tetangga (RT), membuat ia harus sering izin dari bekerja untuk mengurus warga di lingkungannya. Yanah khawatir Budi akan dipecat dari pekerjaannya, karena hingga saat ini Budi tidak juga memberi kabar pada pihak kantor.
Disamping itu, beban berat juga dirasakan oleh Yanti. Rupanya Yanti telah tersugesti oleh ibunya, tentang ketakutan kalau bapaknya dipecat. Yanti, sebagai anak sulung, tentu saja sangat paham keadaan keluarganya. Karena, Yanti bukanlah anak kecil lagi, saat ini usianya genap 19 tahun. Yanti juga sangat paham apa yang akan terjadi jika bapaknya sampai dipecat. Kredit motor sebesar 900ribu per bulan, yang masih harus 2 kali bayar. Persiapan adik laki-laki semata wayangnya yang akan masuk SMA (Sekolah Menengah Atas), kuliahnya dan kehidupan keluarganya sehari-hari. Tentu saja semua keadaan buruk itu, sempat terbersit di benak Yanti. Iapun berharap hal itu tidak akan terjadi. Karena, kalau sampai bapaknya dipecat, berarti Yanti yang saat ini bekerja sebagai seorang staff di perusahaan kecil di daerah Sentul, harus menanggung semua beban ekonomi tadi. Mengingat gajinya saja tak cukup untuk membayar cicilan motor, Yanti tentu saja sangat terbebani.
Dibalik semua rasa takut tadi, cinta kepada sang bapak tentulah lebih besar. Pagi ini, Yanti masih mengusap kening bapaknya dan membujuk si bapak untuk mandi dengan air hangat, agar badannya lebih segar. Ibunya terus saja menggerutu dan menyuruh Yanti yang merawat bapaknya. Yanti sangat mengenal bapaknya. Yanti bisa merasakan bahwa bapaknya memang ingin keluar dari tempatnya bekerja saat ini. Karena, kalau Yanti meremind kejadian-kejadian di masa lalu saat bapaknya tak nyaman dengan tempat bekerja, bapaknya pasti sakit hingga menunggu surat peringatan 3 (SP3). Hal ini sudah 19 tahun terjadi dalam hidup Yanti dan keluarga, hingga sampai detik ini, mereka tak pernah merasa hidup yang cukup karena lebih sering gali lubang tutup lubang. Yanti sendiri sangat paham kenapa ibunya marah dengan ulah bapak, pasti karena ibunya juga menyadari yang Yanti rasakan. Tapi, Yanti selalu berdoa agar Allah menyadarkan ibunya, bahwa rejeki adalah urusan-Nya, tapi kesehatan bapak adalah urusan ibunya. Dan kekecewaan akan sikap bapak yang sesukanya dalam mengambil keputusan hingga sering membuat keluarganya terkatung-katung dalam perekonomian tentu saja tak bisa dijadikan alasan bagi seorang istri untuk mendurhakai suaminya dan bagi seorang anak untuk membenci bapaknya.
Sedikit bahasan tentang kisah nyata yang baru-baru ini terjadi di atas. Semoga bisa menjadi cerminan tentang betapa bobroknya kadar keimanan seseorang. Iman yang konon memiliki fluktuasi atau tingkatan naik-turun secara drastis ini, seharusnya dipelihara dengan baik. Karena, bukan tanpa alasan Allah memerintahkan manusia untuk terus menutut ilmu, seperti yang terkandung dalam surah ke-96 dalam Al-Quran yaitu surah Al-'Alaq (19 ayat) yang menerangkan bahwa Allah menciptakan manusia dari benda yang hina kemudian memuliakannya dengan mengajar membaca, menulis dan memberinya pengetahuan. Tetapi manusia tidak ingat lagi akan asalnya, karena itu dia tidak mensyukuri nikmat Allah itu, bahkan dia bertindak melampaui batas karena melihat dirinya telah merasa serba cukup.
Oleh karena itu, sikap Yanah tadi tidak akan terjadi kalau saja ia mau belajar caranya menjadi seorang istri yang mulia. Dewasa ini, orang-orang sangat mudah mengambil keputusan untuk menikah berdasarkan hawa nafsunya, tanpa memikirkan konsekuensi dari keputusannya. Kebanyakan dari mereka bahkan tidak tahu betul apa saja hak dan kewajiban mereka dalam hidup berumah tangga. Hal ini tentu saja sangat memprihatinkan.
Berikut ini penulis berikan jabaran hak dan kewajiban suami istri yang dikutip dari http://blog.its.ac.id/syafii/2009/11/22/hak-dan-kewajiban-suami-istri-dlm-islam/
HAK BERSAMA SUAMI ISTRI
1. Suami istri, hendaknya saling menumbuhkan suasana mawaddah dan rahmah. (Ar-Rum: 21).
2. Hendaknya saling mempercayai dan memahami sifat masing-masing pasangannya. (An-Nisa’: 19 - Al-Hujuraat: 10)
3. Hendaknya menghiasi dengan pergaulan yang harmonis. (An-Nisa’: 19)
4. Hendaknya saling menasehati dalam kebaikan. (Muttafaqun Alaih)
SUAMI KEPADA ISTRI
- Suami hendaknya menyadari bahwa istri adalah suatu ujian dalam menjalankan agama. (At-taubah: 24)
- Seorang istri bisa menjadi musuh bagi suami dalam mentaati Allah dan Rasul-Nya. (At-Taghabun: 14)
- Hendaknya senantiasa berdo’a kepada Allah meminta istri yang sholehah. (AI-Furqan: 74)
- Diantara kewajiban suami terhadap istri, ialah: Membayar mahar, Memberi nafkah (makan, pakaian, tempat tinggal), Menggaulinya dengan baik, Berlaku adil jika beristri lebih dari satu. (AI-Ghazali)
- Jika istri berbuat ‘Nusyuz’, maka dianjurkan melakukan tindakan berikut ini secara berurutan: (a) Memberi nasehat, (b) Pisah kamar, (c) Memukul dengan pukulan yang tidak menyakitkan. (An-Nisa’: 34) … ‘Nusyuz’ adalah: Kedurhakaan istri kepada suami dalam hal ketaatan kepada Allah.
- Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah, yang paling baik akhlaknya dan paling ramah terhadap istrinya/keluarganya. (Tirmudzi)
- Suami tidak boleh kikir dalam menafkahkan hartanya untuk istri dan anaknya.(Ath-Thalaq: 7)
- Suami dilarang berlaku kasar terhadap istrinya. (Tirmidzi)
- Hendaklah jangan selalu mentaati istri dalam kehidupan rumah tangga. Sebaiknya terkadang menyelisihi mereka. Dalam menyelisihi mereka, ada keberkahan. (Baihaqi, Umar bin Khattab ra., Hasan Bashri)
- Suami hendaknya bersabar dalam menghadapi sikap buruk istrinya. (Abu Ya’la)
- Suami wajib menggauli istrinya dengan cara yang baik. Dengan penuh kasih sayang, tanpa kasar dan zhalim. (An-Nisa’: 19)
- Suami wajib memberi makan istrinya apa yang ia makan, memberinya pakaian, tidak memukul wajahnya, tidak menghinanya, dan tidak berpisah ranjang kecuali dalam rumah sendiri. (Abu Dawud).
- Suami wajib selalu memberikan pengertian, bimbingan agama kepada istrinya, dan menyuruhnya untuk selalu taat kepada Allah dan Rasul-Nya. (AI-Ahzab: 34, At-Tahrim : 6, Muttafaqun Alaih)
- Suami wajib mengajarkan istrinya ilmu-ilmu yang berkaitan dengan wanita (hukum-hukum haidh, istihadhah, dll.). (AI-Ghazali)
- Suami wajib berlaku adil dan bijaksana terhadap istri. (An-Nisa’: 3)
- Suami tidak boleh membuka aib istri kepada siapapun. (Nasa’i)
- Apabila istri tidak mentaati suami (durhaka kepada suami), maka suami wajib mendidiknya dan membawanya kepada ketaatan, walaupun secara paksa. (AIGhazali)
- Jika suami hendak meninggal dunia, maka dianjurkan berwasiat terlebih dahulu kepada istrinya. (AI-Baqarah: ?40)
- Hendaknya istri menyadari dan menerima dengan ikhlas bahwa kaum laki-Iaki adalah pemimpin kaum wanita. (An-Nisa’: 34)
- Hendaknya istri menyadari bahwa hak (kedudukan) suami setingkat lebih tinggi daripada istri. (Al-Baqarah: 228)
- Istri wajib mentaati suaminya selama bukan kemaksiatan. (An-Nisa’: 39)
- Diantara kewajiban istri terhadap suaminya, ialah: a. Menyerahkan dirinya, b. Mentaati suami, c. Tidak keluar rumah, kecuali dengan ijinnya, d. Tinggal di tempat kediaman yang disediakan suami, e. Menggauli suami dengan baik. (Al-Ghazali)
- Istri hendaknya selalu memenuhi hajat biologis suaminya, walaupun sedang dalam kesibukan. (Nasa’ i, Muttafaqun Alaih)
- Apabila seorang suami mengajak istrinya ke tempat tidur untuk menggaulinya, lalu sang istri menolaknya, maka penduduk langit akan melaknatnya sehingga suami meridhainya. (Muslim)
- Istri hendaknya mendahulukan hak suami atas orang tuanya. Allah swt. mengampuni dosa-dosa seorang Istri yang mendahulukan hak suaminya daripada hak orang tuanya. (Tirmidzi)
- Yang sangat penting bagi istri adalah ridha suami. Istri yang meninggal dunia dalam keridhaan suaminya akan masuk surga. (Ibnu Majah, TIrmidzi)
- Kepentingan istri mentaati suaminya, telah disabdakan oleh Nabi saw.: “Seandainya dibolehkan sujud sesama manusia, maka aku akan perintahkan istri bersujud kepada suaminya. .. (Timidzi)
- Istri wajib menjaga harta suaminya dengan sebaik-baiknya. (Thabrani)
- Istri hendaknya senantiasa membuat dirinya selalu menarik di hadapan suami(Thabrani)
- Istri wajib menjaga kehormatan suaminya baik di hadapannya atau di belakangnya (saat suami tidak di rumah). (An-Nisa’: 34)
- Ada empat cobaan berat dalam pernikahan, yaitu: (1) Banyak anak (2) Sedikit harta (3) Tetangga yang buruk (4) lstri yang berkhianat. (Hasan Al-Bashri)
- Wanita Mukmin hanya dibolehkan berkabung atas kematian suaminya selama empat bulan sepuluh hari. (Muttafaqun Alaih)
- Wanita dan laki-laki mukmin, wajib menundukkan pandangan mereka dan menjaga kemaluannya. (An-Nur: 30-31)
Setelah membaca tulisan ini, diharapkan pembaca dapat lebih memahami segala permaslahan dalam keluarga dan menyikapinya dengan cara yang positif. Selain itu, menuntut ilmu tentu saja merupakan kebutuhan yang mutlak bagi setiap manusia.
Untuk menutup tulisan ini, penulis menitipkan satu catatan penting untuk menjadi seorang istri solehah, yang juga dikutip dari situs yang sama.
ISTRI SHOLEHAH
- Apabila’ seorang istri, menjaga shalat lima waktu, berpuasa pada bulan Ramddhan, memelihara kemaluannya, dan mentaati suaminya, niscaya Allah swt. akan memasukkannya ke dalam surga. (Ibnu Hibban)
- Istri sholehah itu lebih sering berada di dalam rumahnya, dan sangat jarang ke luar rumah. (Al-Ahzab : 33)
- Istri sebaiknya melaksanakan shalat lima waktu di dalam rumahnya. Sehingga terjaga dari fitnah. Shalatnya seorang wanita di rumahnya lebih utama daripada shalat di masjid, dan shalatnya wanita di kamarnya lebih utama daripada shalat di dalam rumahnya. (lbnu Hibban)
- Hendaknya menjadikan istri-istri Rasulullah saw. sebagai tauladan utama.
Wassalamu'alaikum wr.wb
No comments:
Post a Comment