Reading a Poem

Reading a Poem
Alone

Saturday, March 10, 2012

Tangga Cewek dan Tangga Cowok dalam Cinta

Aku bingung dengan situasi yang sering kualami belakangan ini. Kalau saja ini cuma terjadi sekali selama hidupku, mungkin aku masih bisa menganggapnya wajar. Tapi, sudah terlalu sering hal ini terjadi padaku. Ini tentang persahabatanku dengan cowok.

Memang, setahuku yang bisa disebut sebagai sahabat adalah hubungan antara dua orang atau lebih, yang memiliki satu jenis kelamin. Karena konsepnya adalah "Sahabat", maka hubungan ini biasanya lebih intim daripada hubungan pacaran. Makanya, persahabatan yang sebenarnya hanya bisa terjadi antara sesama gen. Karena kemungkinan munculnya sindrom getaran kimia dan sifat possessive sangat kecil terjadi.

Itulah sebabnya persahabatanku dengan cowok pada akhirnya gak pernah baik. Entah kenapa salah satu dari kami justru memilih untuk pergi dan tidak bersahabat lagi. Katanya, "sudah beda" atau "kamu bukan kamu yang dulu selalu ada buatku" atau justru "aku bukan sahabat atau kakak angkat yang baik buatmu, lupakan saja aku!" ada juga yang perginya diam-diam.

Gubraxx!!! Tidakkah itu keterlaluan? Bukankah sebagai sahabat, seharusnya kami bisa saling mengisi dan mengingatkan? Bukankah kami juga harus saling pengertian?
Jika merasa sudah beda, mengapa tidak berusaha meminta penjelasan atau sekedar mengingatkan? Kenapa justru memilih meninggalkan sahabatnya. Lantas, siapa yang sebenarnya "sudah beda"?
Hhhhh! kok bisa begini yah?

Aku sedikit tergugah saat membaca sebuah artikel di majalah CAMPUS atau C!.
Artikel yang dikeluarkan C! pada edisi Desember 2011 ini berjudul "Ladder Theory of Love", atau teori tangga dalam cinta.
C! membahas, ternyata cewek punya dua tangga dalam hidupnya. Satu buat "friends" atau teman dan satu lagi buat "potential boyfriend" atau teman lelaki yang cukup potensial untuk jadi pacar. Sedangkan cowok menempatkan semua teman cewek mereka dalam satu tangga.

Pada dasarnya, saat seorang cewek ketemu dengan dua orang cowok, sebut saja X dan Y, dia akan segera mengevaluasi mereka dan memutuskan apakah X adalah seseorang yang ia bisa pacari dan Y hanya akan jadi teman biasa.

Info buruk buat para cowok adalah, kalau kamu berada di tangga "temen" dia, kamu gak akan tau apakah cewek itu tertarik sama kamu atau gak, coz dia akan menghabiskan waktu yang sama banyak dengan kamu.

Yang lebih buruk adalah, cewek biasanya jarang memberitahu si cowok kalau dia tuh cuma menganggapmu teman. Ini karena mereka juga suka mendapat perhatian dari si cowok yang "kasian deh loe" itu. Si cewek akan pura-pura aja gak tahu kalau sebenarnya si cowok tuh naksir sama dia dan dia akan mengulur-ulur waktu selama mungkin.

Nah, karena mereka berasal dari dunia yang berbeda (ingat, cowok adalah dari Mars, sedangkan cewek adalah dari Venus), cowok yang ada dalam tangga teman biasanya gak sadar dan dengan gak tahu malu akan mengejar cewek ini untuk hanya pada akhirnya menemui realita menyedihkan : DITOLAK!

Sebaliknya, cowok yang berada di tangga pacar biasanya akan sukses mendapatkan cewek itu, kecuali jika dia ngelakuin hal bodoh, yaitu meninggalkan cewek itu.

TANGGA COWOK

Seperti yang tadi diceritakan, mereka cuma punya satu tangga, jadi berbeda dengan cewek. Dalam tangga cowok hanya ada satu orang yang akan membuat cowok benar-benar menghabiskan banyak waktunya, yaitu cewek yang ada di posisi tangga teratas. Sementara, cewek yang ada di tangga paling dasar, akan sama sekali tidak mendapat perhatian khusus dari makhluk yang satu ini.

Uniknya, kalau di tangga cewek seorang cowok hampir gak akan mungkin melompat dari tangga "teman" ke tangga "pacar", maka di tangganya cowok seorang cewek akan dengan mudah melakukannya. Karena bagi si cowok, posisi tangga teratas tadi bisa dengan gampangnya diraih tergantung cewek mana yang kasih perhatian lebih ke dia.

Itulah penjelasan yang diuraikan C!.
Mungkin, sahabat-sahabat cowok yang meninggalkanku itu takut ditolak kali ya? Makanya mereka memilih melupakanku dan meninggalkanku sejauh-jauhnya. Untukku sendiri, artikel di atas tidak 100 % mutlak, karena persahabatan dan kenyamanan bersama seseorang adalah faktor utama bagiku untuk bersamanya. Tanpa ada niat untuk memanfaatkan perhatiannya. Coz aku sendiripun tak berharap dia akan jatuh mencintaiku.

Dan sebelumnya, aku juga pernah jatuh cinta pada sahabatku, tapi pada akhirnya perasaan itu akan dengan mudah terhapus. Karena menghargai sebuah persahabatan adalah lebih penting. :)

Semoga sedikit kasih pencerahan buat kamu yang mungkin punya masalah yang sama denganku.
Good Luck..

Friday, March 09, 2012

That Frightening Man is My Uncle

I’m quiet, start thinking, start writing,
But, I find nothing
Wait! Am I smiling?
Owh damn! What’s going on me?
Is it because of that guy? Who’s he?

The story begin,
This story started on Sunday, October 19,2010.
                It is the third times I come to State University of Jakarta. But, this is the first time I meet him in the hut at faculty of language and literature. He is an old enough man (hehehe), who has black skin and curly hair. There is a scratch in one of his eyebrow. He has slow of speech. If I met him alone, I would run as soon as possible (He looks better as a criminal than a good senior, hehe).
There are about ten people here. We are separated into senior and junior in press institution SUKMA. He is the chief here. As we have gathered, he asks me and other to introduce each other.
“My name is Anastasia. I come from Cibinong-Bogor. My reason to join SUKMA is because I like writing any poem. I hope, I will get much knowledge here,”
                As I know, his name is Romen, (It is increasing my strangeness, because I never heard the name before). From his manner of speaking, he is so open. He listens to my introduction seriously and gives me good response.
“Of course Anastasia, you can increase your writing ability here. Maybe one day SUKMA can publish a poem anthology,” he emphasizes.
                It is enough for the introductory. He may not as bad as I thought.
                Writing is my hobby. I often publish my poem in my Facebook. It is the time for me and Romen to know each other better. Because, he often comments in my poem and we often discuss even debate about some argument which I deliver in my poem. They make me appreciate enough to him as he appreciates to my poem. Not only poem, but also my private story I publish in my Facebook. I write it as a feature which Romen commands to me and other SUKMA’s members. When there is a gather, I feel flattered by his question about the continuity of my story.
“How is your account counter? Is it running well?” he asks.
“Yeah,, it is good. Thanks,”
                Ehm, I never thought that he is so care.
Sunday, January 09, 2011
                It is the first time I miss Romen, (Do not ask me, why?). I and other SUKMA’s members have gathered in Ismail Marzuki’s garden to watch a freedom movie, Jakarta 1966.
“Where’s brother Romen,?” I’m asking to my friend.
“He may at work, and will come soon,” my friend answer.
                Here he is. He comes after the film has finished. Then, he commands us to sit under a big tree and discuss about the film that I and others have watched.
“What is your impression about that film,” Wiwit, SUKMA’s editor, asks.
“It shows about there is no freedom in that days. It is so sad. But, it should give much awareness for us as a new generation, to work harder in fight for our freedom,” I answer.
There are others topic that we discuss here. In my opinion, Romen has much knowledge, because he knows many things which I ask. He is like uncle google. So, I have called him “uncle” since today.
“Uncle,” I am tempting
“uncle?” he answers wonder
                Tuesday, April 12, 2011 is my birthday. I would not come to Jakarta this day. So, I just tempt Romen to give me ice cream, if I come to Jakarta on Sunday, April 17, 2011.
                “Uncle, you do not mind to buy me an ice cream at my birthday, don’t you?” I am tempting
                “Yeah, if you are diligent in writing I will give it to you,”
                “Yeaaah, thanks uncle,”
Sunday, April 17, 2011
                After a long time waiting in front of UPBJJ-UT Jakarta, Romen finally comes at 5 P.M. I am so happy for his coming, it has mean that my ice cream also come.
                “Uncle, where is mine?” I ask nervously
                “What?!” he answers in one tone
                Owh.. it sounds not pretty good. Does he forget my gift? I just need a stick of ice cream, (huhuhu,, my heart crying).
                I try to think positive. Maybe, he does not have any time for buying it.
                As the sky starts cloudy, I go home soon after praying in a praying house. I do not go to mosque which too far from my place right now. I am separating with my friends and go home in rainy afternoon by using an umbrella.
                “Bye,, take care guys,” I said goodbye
                “Bye ncha, so do you,” they answer.
                I walk alone to the bus station. Actually, I do not find Romen to get permission for leaving.
                Monday morning, at the office. I do not really like it. I got bad mood because I did not get my ice cream. Suddenly, there is a message.
                “Cha, where did you go yesterday? I was seeking you at the mosque for giving your ice cream, but you was not there,” a message from Romen.
                “Did you? I did not pray at the mosque. Btw, I thought that you did not buy it, so I went home earlier. How is it now?”
                “I did not mind if gave it in front of our friends. So, I thought, I would give it when you were alone. It is OK, I will give it next time,”
                “Huhu, I am so flattered if you have bought it for me. Thanks uncle, I am happy enough by knowing it,”
                It ends our conversation.
                Since the day, I have so respect to him. I really appreciate of his attention to his friends. In my opinion, Romen is a very good friend. He listens more than speaks, he gives more than asks. I wanna thanks goodness for knowing him. He is a good prize who has given by god to me and maybe to others.

Menghapus Hal Terindah


"Sampai saat ini, rasaku bertahan disini, rasa yang tak akan hilang oleh waktu, kau tidak disini, akupun tiada di hatimu, jiwaku ikut menghilang bersamamu," itulah sepenggal lirik yang membuka alunan lagu yang dulu sering menggema di telingaku. Dulu, lagu itu selalu terdengar di setiap hariku. Entah ia nyanyikan sendiri di sampingku, atau sengaja kuputar saat aku terlanjur kangen padanya..

Bersamaan dengan pergantian kemarau menjadi penghujan, hatinya pun berubah.
Sebuah pondasi hati yang terlanjur berdiri, ternyata tak cukup kuat menahan terjangan badai.
Kini, semua berbeda. Tak lagi semanis dulu saat aku di sampingnya.

Berteman semua luka, kami terus melangkah. Mencari arti kehidupan yang sempat terhenti karena kegalauan. Letih, sakit, putus asa, semua itu sempat menghantui kami. Tapi, harapanlah yang akhirnya membuka jalan hidup baru untuk kami.
Kini, semua masa-masa indah saat bersamanya tak lagi ada. Karena, kami sudah menemukan hidup kami masing-masing. Dengan segala aktivitas baru, teman-teman baru dan mungkin pemilik hati yang baru.

Rindu. Sebuah rasa yang tak terelakan. Ia bisa datang kapan dan dimana aja. 
Tapi, masa lalu hanyalah sepenggal kisah. Kini, realitas kehidupan yang sebenarnya harus mampu kami lalui.
Menyimpan segala kenangan indah itu dan terus meraih kualitas hidup yang lebih baik untuk hari esok.

Kamipun terus melangkah, tanpa luka, tanpa cinta, tanpa takut ataupun putus asa.
Berpegang teguh pada keyakinan masing-masing, kami akan bersahabat selamanya.

Semoga sukses untukmu yang pernah ada di hatiku....
Jika kelak kau raih suksesmu, temukanlah seseorang yang mencintaimu lebih dari aku....

Kemalanganku, Adakah Rencana Tuhan?


Malam yang dingiiiin, tapi tetap tak memadamkan api cintaku

Jika ia adalah air, mengapa tak padamkan cintaku?
Jika ia adalah air, mengapa terus membakar hatiku?
Jika ia adalah air, mengapa tak beri damai di jiwa yang membutuhkan kasihnya?

Ini tentang rasa, ini tentang mimpi dan ini tentang cinta

Barangkali kau bosan dengan bisikan nada cinta yang mengalun
tapi, inilah aku yang selalu mencintaimu
Barangkali kau jenuh dengan tatapan mata yang memastikan senyum di wajahmu
tapi, inilah aku yang selalu menyayangimu
Barangkali kau muak dengan keberadaanku
tapi, inilah takdir yang tak bisa ku lawan

Aku mencintaimu, lebih dari itu aku membutuhkanmu
Sesak rasaku tertahan oleh aturan yang kau buat
Memaksaku mengabaikan rasa yang indahnya tak pernah kurasakan dulu

Tentu kau tak lupa,
Kau akhiri semua di saat cinta menyala dengan semangat kobarnya
Tentu kau tak lupa,
Ku pertahankan semua demi meraih hangatnya
dan
Tentu kau takan lupa,
Bahwa tak mudah bagiku untuk melupakanmu

Ini tentang hatiku,
Tersiksanya aku menahan rasa yang kubanggakan
Ini tentang hatimu,
Yang tak lagi mengindahkan cinta yang kau nyalakan

Aku harus apa kini?

Terbelenggu di atas kekosongan rasa
Melupakanmu menyakitkan, mencintaimu lebih menyakitkan
Astagfirullahal'adzim....
Adakah rencana Tuhan?

Surat Kecil di Teras Jeruji Besi


Kala pagi datang,
Mentari nyala menyinari bumi
Kala berganti malam,
Rembulan samar menerangi hati

Hentakan kaki, gelak tawa, desingan mobil dan deru ombak, datang silih berganti,
Nyanyian pilu, derai airmata dan gusar suara hati, mengusik nurani

Pagi terlalu gelap sejak kau disana,
Malam terlalu seram tanpa kau disini,
Keramaian menjadi sunyi harapkan peranmu,
Kewarasan berperang dengan kerinduan padamu,

Barangkali dulu saat kau disini
Ada marah,
Ada caci,
Ada keributan

Barangkali dulu saat kau disini
Kurang peduli,
Kurang peka,
Kurang cinta & kasih sayang,

Barangkali dulu saat kau disini
Terlalu sibuk,
Terlalu acuh,
Terlalu sombong padamu,

Tapi, dulu saat kau disini
Ada canda,
Ada goda,
Ada rindu & gelak tawa

Sekarang…
Semua terasa,
Tanpamu,
Marah menjadi terlalu lucu,
Caci menjadi terlalu cinta,
Keributan menjadi terlalu kurindukan,

Lekaslah pulang, adikku..

Meraih Tangan Tuhan

Binar yang redup menghalangi pandanganku
Angin yang ribut mengalihkan pendengaranku

Tak sanggup untuk mundur, apalagi lari

Menyeka keringat bukan hal yang mudah
Menahan airmata lebih tak mudah

Hati meringkik, teriak tertahan

Ego dan ambisi tak terealisasikan
Gengsi diri menafik segala alasan

Ini bukan inginku, tentu bukan pula ingin mereka
Lantas haruskah bertanya, apa mauMu?

Tak terelakan segala kepedihan
Bersatu meluncur bersama luka
Hatiku siapa yang tahu?
Tak mudah pula bagiku tuk tahu isi hatiMu..

Mati rasa tanpa harapan
Mati hati tanpa keyakinan
Mati pikir tanpa renungan
Mati diri tanpa tangan Tuhan

Tapi, hingga kini Kau tetap hidup

Kau hidup meski cintaku tlah mati
Kau hidup meski mimpiku mulai kabur
Kau hidup meski pikirku buntu

Maka, demi meraih tanganMu-lah aku akan terus hidup..